Tradisi Membangunkan Orang Sahur (Bagarakan Sahur) Yang Tak Berfaedah

Membangunkan orang sahur adalah sesuatu hal yang positif, namun bisa jua menjadi hal yang negatif, mengapa.? dan bagaimana.?



    Ramadhan merupakan bulan yang dinanti oleh setiap umat Islam didunia, karena Ramadhan merupakan saat-saat terbaik untuk ber'amal dan beribadah, pahala di bulan ramadhan dilipat gandakan menjadi 70 kali lipat, pahala sunnat dinilai fardhu dan masih banyak lagi keutamaan-keutamaan bulan ramadhan yang lainnya.
    Pada bulan ramadhan umat Islam diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa sebagaimana firman Allah Q.S Al Baqarah Ayat 183 yang artinya:
"Hay orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana di wajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa"
     Selama puasa kita dilarang untuk melakukan hal-hal yang membatalkan puasa, salah satunya makan dan minum secara sengaja sejak imsak sampai magrib. Sebagai gantinya kita disunatkan untuk bersahur sebelum imsak guna memberi asupan kalori bagi tubuh untuk beraktifats di siang hari puasa. Sahur adalah makan dan minum sebelum imsak, hukum sahur adalah sunat artinya kita akan mendapatkan pahala apabila melaksanakan sahur dan tidak mengapa apabila meninggalkannya.
     Berkenaan dengan hal di atas, ada suatu tradisi milik masyarakat Indonesia baik di desa dan di kota khususnya di tempat yang mayoritas / full muslim yaitu tradisi membangunkan orang sahur. di Jakarta tradisi membangunkan orang sahur dikenal dengan Bedug Sahur atau Ngarak Beduk, di Jawa di kenal dengan istilah Ubrug-Ubrug atau Percalan, di Sulawesi di kenal dengan Dengo-Dengo, dan di Kalimantan di kenal dengan Bagarakan Sahur. Tak jauh beda antar daerah tentang tradisi tersebut yang mana dalam aktifitasnya sama-sama berkeliling kampung dengan menghasilkan bunyi-bunyian menarik untuk membagunkan orang untuk bersahur, hanya saja yang berbeda adalah alat-alat yang digunakan untuk mengasilkan suara-suara yang khas di setiap daerahnya.
     Semua kegiatan tersebut dinilai positif dan berfaedah, karena selain membantu warga untuk terbangun juga di situ terselip nilai-nilai unsur kebudayaan dan sikap sosial di kalangan warga/masyarakat.
     Kemudian bagaimanakah tradisi membangunkan orang sahur yang tak berfaedah.? di sini penulis akan sedikit mengupas tradisi masyarakat banjar / masyarakat Kalimantan Selatan tentang membangunkan orang sahur, karena penulis (admin) sendiri merupakan orang asli bajar.
     Pada masyarakat banjar Kalimantan Selatan tradisi membangunkan orang sahur di kenal dengan bagarakan sahur, dan oleh masyarakat Kabupaten Hulu Sungai dan sekitarnya di kenal juga dengan nama luluncingan. Luluncingan berasal dari kata lonceng, yaitu sesuatu yang berbunyi, yang berarti luluncingan adalah suatu kegiatan menghasilkan bunyi-bunyian. Ya memang benar dalam bagarakan sahur / luluncingan kita banyak mendengar bunyi-bunyian yang unik dan bermacam-macam.
     Pada awalnya bagarakan sahur / luluncingan dilakukan dengan cara memukul alat-alat besi atau plastik menjadi sebuah rangkaian musik yang enak didengar, alat-alat yang biasa digunakan adalah ember plastik, gayung, teng, besi-besi bekas, panci, wajan, parutan kelapa (parudan) dan lain sebagainya, Luluncingan jenis ini biasanya dilakukan oleh anak-anak kecil yang rela bangun tengah malam untuk keliling kampung memainkan musik sambil teriak sahur.. sahur.. Selain anak-anak, remaja dan orang dewasa pun tak mau kalah, remaja dan orang dewasa biasanya menggunakan bahan/alat yang lebih mumpuni dan lebih tradisional seperti terbang, gendang melayu, gong, angklung, gamelan dan kolintang, dengan alat-alat tersebut tentunya menghasilkan aransemen musik trasdisional yang sangat indah ditambah lagi lantunan-lantunan sholawat dan lagu islami yang mengiringi. Maka tradisi bagarakan sahur/luluncingan seperti itu di nilai positif, karena selain berpahala karena membantu orang yang hendak puasa juga terselip nilai-nilai kebudaan dan tradisional yang kuat.




     Namun seiring perkembangan zaman hingga masa sekarang tradisi positif tersebut perlahan sirna tergusur oleh nilai-nilai modernisasi sehingga nilai-nilai kebudayaan tersebutpun menjadi hilang. Pada zaman now, bagarakan sahur / luluncingan di kalangan masyarakat kalimantan tak lagi seperti dulu, bagarakan sahur / luluncingan sekarang berupa pemutaran musik house, musik disco, lagu-lagu barat, lagu-lagu korea, lagu-lagu dangdut koplo dan lagu-lagu hits pada masanya, para pemuda menggnakan mobil mengangkut sound system berkeliling kampung / kota sambil memutar lagu-lagu tersebut dengan sekencang-kencangnya. bahkan mereka tak segan beradu musik saat bertemu dengan sesama mereka dan parahnya lagi mereka sambil joget-joget. Sungguh miris pemandangan di malam ramadhan yang pernuh berkah yang dipenuhi dengan aktifitas-aktifitas manusia yang lupa akan tuhannya. Itulah bentuk tardisi membagunkan orang sahur yang tak berfaedah.



     Sebagai warga kota tentunya menginginkan hal itu tidak terjadi atau paling tidak dikurangi. Dalam hal ini yang berwenang adalah Pemerintah Kapubaten/Kota dengan segala kebijakannya mengatur segala bentuk aktifitas kemansyarakat selama ramadhan. sebagai masyarakat biasa tentunya sangat berharap kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk menyikapi hal tersebut dengan sebijak-bijaknya.

Salam Anak Banua
From Hulu Sungai
Mantap

3 Responses to "Tradisi Membangunkan Orang Sahur (Bagarakan Sahur) Yang Tak Berfaedah"

  1. Makasih gan, infonya,.
    http://bit.ly/2FuAoqX

    ReplyDelete
  2. Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
    Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
    Yang Ada :
    TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
    Sekedar Nonton Bola ,
    Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
    Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
    Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
    Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
    Website Online 24Jam/Setiap Hariny

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel