Alasan Para Sarjana Pendidikan Yang Tidak Bekerja Dalam Bidang Pendidikan

Pendidikan merupakan usaha sadar yang terencana untuk memanusiakan manusia, kiranya kalimat ini sudah hafal dikalangan mahasiswa ilmu pendidikan, guru dan berbagai tenaga kependidikan lainnya. Tak jauh beda dengan tujuan pendidikan, banyak berbagai versi yang mendeskripsikan apa sebenarnya tujuan pendidikan baik dari UUD, Permen, Tokoh-tokoh maupun masyarakat publik secara umum. Dan disini Admin (penulis) rasa tak perlu untuk memuat apa dan bagaimana tujuan pendidikan dari berbagai tokoh, karena tulisan ini bukanlah skripsi, tesis atau makalah, tulisan ini hanya berupa artikel dalam bentuk opini pendidikan yang akan membuka mata kita, membuka wawasan kita, membuka pikiran kita tentang apa yang sebenarnya terjadi di dunia pendidikan kita saat ini, meski ulasan ini hanya secuil kecil dari si besar atau serobek kecil dari potongan buku yang memuat permasalahan besar yang dihadapi sistem pendidikan Indonesia, namun dari hal kecil ini perlu perhatian besar dari pemerintah hingga dinas pendidikan kabupaten/kota setempat, juga sebagai bahan pertimbangan, pemikiran dan renungan bagi masyarakat pada umumnya.




Alasan Para Sarjana Pendidikan Yang Tidak Bekerja Dalam Bidang Pendidikan, ya itulah judul opini Admin kali ini, untuk mengawalinya mari kita bahas sedikit tentang siapa itu sarjana pendidikan.

Sarjana Pendidikan adalah seseorang yang sudah selesai kuliyah dibidang pendidikan. Kiranya defenisi ini teramat mudah untuk diterima dan dipahami semua orang. Ciri khas sarjana pendidikan pada masa dahulu bertitle S.Pd. S.Pd.I dan S.Ag untuk Sarjana Strata 1 / S1 dan menggunakan M.Ag, M.Pd dan M.Pd.I untuk strata 2 / S2, kemudian selang beberapa tahun yang diberlakukan hanya 2 yaitu menjadi S.Pd dan S.Pd.I untuk strata 1 serta M.Pd dan M.Pd.I untuk srtata 2 / S2. Hal memedakan antra S.Pd / M.Pd dengan S.Pd.I / M.Pd.I adalagh penambahan huruf "I" yang berarti "Islam". dengan begitu S.Pd / M.Pd merupakan sarjana pendidikan ilmu umum dan S.Pd.I / M.Pd.I merupakan sarjana pendidikan yang ada Islamnya. Namun sejak 2016 huruf "I" itupun dihapuskan yang jadinya semua sarjana pendidikan entah ilmu pendidikan  islam ataupun umum semuanya menggunakan S.Pd / M.Pd. Jenis-jenis perguruan tinggi yang meyediakan jurusan pendidikanpun bermacam-macam mulai dari Universitas, Institut, Sekolah Tinggi ataupun Perguruan Tinggi (PT). Tentang jurusan dalam kampus pendidikanpun semakin berkembang menurut kebutuhan pasar dan sesuai dengan mata pelajaran yang di ajarkan disekolah, sebut saja PGSD, PGMI, PGSMP, PAI, TBI, PBA, JPOK, BK, Matematika, Bahasa Indonesia, Seni, Fisika dan lain sebagainya. Namun titik permasalahannya bukan disini melainkan kenapa banyak sarjana pendidikan yang tidak untuk bekerja dibidang pendidikan.

Sebagaimana kita ketahui setiap setahun sekali atau dua tahun sekali kampus-kampus pendidikan mewisuda para sarjana. Pernahkah kita menghitung atau memperkirakan berapa sarjana pendidikan yang lahir tiap tahunnya.? kalau jumlah tersebut dikalikan 2 tahun, 3 tahun, atau 10 tahun berapakah jumlahnya.? Admin kira ribuan atau jutaaan jumlahnya. Nah jika anda merupakan salah satu sarjana pendidikan sadarilah anda merupakan satu dari jutaan orang yang senasip dengan anda. Bagaimanakah nasip anda saat ini sebagai sarjana pendidikan.? bahagia.? berduka.? Bersyukurlah bagi anda yang saat ini mempunya pekerjaan yang layak dalam pendidikan, apalagi anda tengah menjadi seorang PNS saat ini, berbahagialah karena posisi anda saat ini sebelumnya direbutkan diinginkan diincar oleh ribuan orang di luar sana. Lantas bagaimana dengan mereka yang Non PNS yang saat ini statusnya masih karyawan honorer.? maka jawabannya Berbahagialah dengan posisi anda saat ini apabila honor/gaji anda memadai dan bersabarlah bagi anda yang honor/gajinya pas-pasan atau tidak mencukupi. Kenapa Admin berkata seperti itu.? karena itu merupakan salah satu pertimbangan dari alasan para sarjana pendidikan yang tidak bekerja dalam bidang pendidikan.

Setelah Admin melihat, memperhatikan, meminta usulan, mewawancarai, mendengarkan curhatan, lanjut menimbang, memikirkan, merumuskan, memutuskan akhirnya menuliskan bahwa alasan-alasan para sarjana pendidikan yang tidak bekerja dalam bidang pendidikan adalah sebagai berikut:

  1. Persoalan Gaji. Gaji merupakan hal vital dalam setiap bidang pekerjaan tak terkecuali pendidikan. Gaji merupakan uang, uang merupakan alat untuk hidup dan menghidupi kehidupan, tak bisa dipungkiri segalanya butuh uang, makan, minum, tidur, ibadah dan lain sebagainya selalu membutuhkan uang. Oleh karnanya setiap manusia memilih preofesi apa yang dia miniati di bumi ini dengan salah satu tujuan dan motivasi yaitu memperoleh uang. sebagai pegawai/karyawan guru memperoleh uang dari gaji, gaji diberikan oleh atasan/pemerintah kepada guru atas dasar kerjanya dalam mendidik siswa dan melaksanakan berbagai tugas kependidikan lainnya. Gaji untuk profesi guru yang berstatus PNS berkisar antara Rp: 1.488.500 bagi pangakat terendah PNS yaitu 1a dan Rp: 5.620.300 bagi pangkat tertinggi PNS yaitu IVe. Sedangkan bagi karyawan honorer sekolah laiinya berkisar antara Rp. 0 sampai Rata-rata Rp. 300.000. Berbahagialah bagi anda yang saat ini resmi menyandang status PNS karena gaji anda terhitung banyak dan akan bertambah sesuai tunjangan-tunjangan yang layak bagi anda dapatkan dan bersabarlah bagi guru honorer yang masih ikhlas mengabdikan jiwa raganya meski dengan gaji yang memperihatinkan. Terhadap hal ini bagi banyak sarjana pendidikan mereka lebih memilih pekerjaan lain dibanding jadi guru honorer. Menurut mereka masih banyak pekerjaan lain yang masih bisa mengasilkan uang lebih untuk mendapatkan nominal lebih, sebut saja jadi pengusaha, pedangang, pebisnis online, kontarktor, berkebun, Industri, Pegawai Toko dan lain sebagainya. dengan alasan itulah banyak para sarjana lebih memilih mengubur tittlenya dan lebih memilih profersi lain ketimbang guru.
  2. Lahan Pekerjaan Yang Penuh. Pada daerah perkotaan dan sekitarnya biasanya semua sekolah mempunyai jumlah guru yang penuh bahkan terkadang lebihan, sehingga para sarjana muda yang baru lulus ke sana kemari mencari lowongan untuk mendapatkan pekerjaan, hal ini di karenakan wilayah perkotaan banyak mempuyai sarjana, sehingga persaingan dan perbutan tempat sangat sengit, hingga faktor orang dalam juga sangat menentukan seseorang bisa diterima di sekolah yang ia lamar. Berbeda dengan daerah pedalaman dan terpencil, saat ini masih terdapat kampung-kampung yang tak memiliki sekolah, sekolah yang tidak memiliki pengajar dan bangunan yang layak. para sarjana pun kebanyakan yang enggan bekerja di pedalaman dengan alasan yang bermacam-macam, biasanya hanya para relawan aktivis pendidikan yang semangat mengajar di sana.
  3. Bekerja di Sektor Lain. Pada poin ke tiga memang tidak terlalu banyak sarjana yang bekerja disektor lain, tapi tetap ada, sebut saja sarjana pedidikan yang bekerja di Bank, Karyawan Rumah Sakit, Polisi, Atlet, Kantor Pemerintah Daerah dan Kantor Kedinasan lainnya tak terkecuali jadi pejabat daerah dan caleg partai. Ada 2 (dua) hal yang mendasari alasan para sarjana pendidikan yang selayaknya bekerja di sektor pendidikan namun malah bekerja di sektor lain, salah satunya kembali persolaan gaji, pendapatan guru honorer jauh lebih rendah dibanding pekeraan ditempat tersebut, yang kedua adanya kesempatan dan lowongan serta peran orang dalam yang memasukkan mereka ke tempat tersebut.
  4. Kompetensi Yang Lemah. Pada poin ke empat ini termasuk hal yang cukup mempengaruhi yaitu kompetensi yang lemah. Memang tak bisa dipungkiri dunia kerja itu kejam, ya memang kejam, yang kuat akan berdiri, mempuyai tempat dan kekuasaan sedangkan yang lemah akan terjatuh, tak bertempat dan tersingkir. Kekejaman tersebutpun akan terus berlanjut sering perkembangan zaman dan akan semakin sadis siring bertambahnya tahun. Oleh karenanya para sarjana pendidikan yang mempunya kompetensi yang kuat, punya keahlian, punya keunikan / sklill khusus, pintar dan cerdas, mampu membaca situasi dan kondisi serta memiliki jiwa kompetetif akan mampu mengalahkan yang sebaliknya. Dapat kita ambil contoh yaitu pada peristiwa CPNS di situ terbukti para sarjana unggulan yang biasanya lulus dibandingkan dengan yang hanya mengharap keberuntungan. Di samping itu sekolah-sekolah swastapun gencar melakukan seleksi terhadap calon guru yang melamar di sekolah mereka, hal itu dikarenakan banyaknya para pendaftar yang disebabkan banyaknya sarjana yang tidak bekerja, sehingga pihak sekolah leluasa menyeleksi memilih guru mana yang layak dan guru mana yang tidak layak. Bagi guru yang dianggap mereka layak niscaya akan mendapatkan pekerjaan dan bagi guru yang tidak layak akan kembali melanglabuana mencari rejeki, akibatnya guru yang berkompetensi lemah tersebut muncul perasaan minder, pesimis dan menurunkan kepercayaan diri.
  5. Berumah Tangga. Para wanitalah yang mengutarakan alasan ini, saat kuliyah belajar dengan gencar, lulus kuliyah mengajar dengan semangat dan ketika telah menikah dan mempunyai anak, pikiranpun terbagi, perhatianpun tersedot ke anak dan suami yang akhirnya memutuskan untuk mundur jadi guru dan fokus mengurus kelurga. Dalam dunia kampus banyak wanita-wanita yang berprstasi, namun ketika di dunia kerja mereka hilang bak ditelan alam, ternyata wanita-wanita pintar tersebut kini tengah sibuk mengurus keluarga sehingga tidak sempat lagi berkarir di dunia pendidikan.
  6. Lebih Senang Nganggur. Pengangguran masih menjadi PR besar buat pemrintah sekarang, di antara sekian banyak pengangguran terdapat pengangguran yang berijazahkan sarjana, alasan mereka bervariatif mulai dari tak mendapatkan pekerjaan sampai menyatakan lebih senang nganggur saja, kuliyah dijadikan sebagai wadah menuntut ilmu saja namun ilmu tersebut tidak diaplikasikan dalam kehidupan sehari
Itulah sekilas uraian dari penulis (Admin) tentang alasan para sarjana pendidikan yang tidak bekerja dalam pendidikan. Memang selayaknya sarjana pendidikan harus bekerja di sektor pendidikan, begitulah liniernya, namun tak dapat dihindari berbagai fenomena sosial mempengaruhi hal tersebut.

Terima Kasih
Salam

Penulis

1 Response to "Alasan Para Sarjana Pendidikan Yang Tidak Bekerja Dalam Bidang Pendidikan"

  1. Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
    Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
    Yang Ada :
    TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
    Sekedar Nonton Bola ,
    Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
    Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
    Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
    Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
    Website Online 24Jam/Setiap Hariny

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel