Pendidikan Budaya Banjar (Mengenal Pribahasa Banjar)


Assalamu'alaikum kami mengucap salam...
Kepada sampian pembaca barataan...
Terima kasih dari ulun sampaiakan...
Atas kunjungannya di blog kesayangan...
Artikel banua isinya macam-macam...
Ada berita ada jua pendidikan...
Ada opini puisi keislaman...
Asli ulahan ini ulun saurangan...
Karya orang kalimantan selatan...

Diawali dengan sebuah teks bahasa Banjar; bait-bait di atas merupakan lirik "madihin" yang merupakan salah satu kesenian khas budaya Banjar yang dipopulerkan oleh Alm, Bang John Tralala. Secara realistis faktanya benar beraneka ragam kesenian Banjar sebut saja madihin, pantun berbalas, tarian, lagu dan sebagainya, semua itu merupakan warisan leluhur etnis Banjar yang diwariskan secara turun temurun secara lisan oleh tutuha (sesepuh) masnyarakat kepada para warga, oleh orang tua kepada anak cucunya, oleh guru kepada muridnya atau tutor teman sebaya (sepergaulan). Berbagai kesenian khas Banjar tersebut tentulah sangat kental di dalamnya nilai-nilai budaya lokal, namun secara keseluruhan tidak hanya tentang budaya lokal yang terkandung di dalamnya akan tetapi banyak unsur nilai-nilai lain seperti agama, negara, tatakrama, nasehat/petuah hingga candaan/hiburan belaka.

Banjar sendiri merupakan nama suatu suku di Indoensia yang mendiami wilayah Kalimantan Selatan, sebagian Kalimantan Tengah, sebagian Kalimantan Timur, sebagian kecil Jambi, sebagian kecil Sumatera Utara dan sebagaian kecil semenanjung Malaysia.

Dalam sejarahnya penyebutan suku Banjar adalah terkhususkan bagi masyarakat yang mendiami wilayah 4 DAS (4 Daerah Aliran Sungai) yaitu Daerah Aliran Sungai Bahan, Daerah Aliran Sungai Barito, Daerah Aliran Sungai Martapura dan Daerah Aliran Sungai Tabanio. Sementara itu masyarakat wilayah Kalimantan Selatan yang mendiani wilayah pegunungan dan hutan di sebut dengan suku Dayak seperti Dayak Meratus, Dayak Maanyan, Dayak Bakumpai dan Dayak Ngaju. Menurut cerita nenek moyang suku Dayak dan suku Banjar adalah bersaudara, yang satu memilih tinggal di daerah pegunungan / dataran tinggi dan yang satu memilih tinggal di daerah aliran sungai / dataran rendah.

Kemudian dalam perkembangannya wilayah suku Banjar dan suku Dayak ini kedatangan orang baru lewat jalur perdagangan yaitu suku Melayu, hingga akhirnya sebagaian orang-orang Melayu menetap dan tinggal di daerah Kalimantan Selatan. Kedatangan suku melayu ke wilayah Kalimantan Selatan sangat banyak memperngaruhi budaya, arsitek, musik, tarian, makanan hingga bahasa. Alhasil etnis penduduk Kalimantan Selatanpun didominasi oleh 3 (tiga) suku, suku Banjar, suku Dayak dan suku Melayu. Kemudian pada masa menginjak abad modern semakin banyak orang-orang dari suku lain berdatangan dan tinggal di bumi Kalimantan Selatan, sebut saja orang Jawa, orang Sunda, orang Bugis, orang Batak, orang Arab bahkan orang Cina.

Dalam komonikasi sehari-hari etnis Banjar sering menggunakan pribahasa khas untuk mengekspresikan maksud-maksud tertentu yang di rasa penting, kata-kata kiasan sering diungkapkan namun memliki arti yang berbeda yang biasanya langsung dipahami oleh masyarakat Banjar tersebut. isi dari pribahasa Banjar mengandung nilai-nilai kemasyarakatan, pribadi, agamis, dan nasionalis.

Ganie (2005:1) mengemukakan bahwa pribahasa Banjar berisi aspek-aspek sosial budaya dalam kehidupan manusia yang berhubungan dengan hal-hal seperti adat istiadat, ajaran, estetika, etika, filsafat, norma, politik, ekonomi dan sejarah.

Dalam ranah pendidikan formal, pribahasa banjar mempunyai korelasi dalam konsep pendidikan karakter, dalam hal ini dapat dengan jelas dipahami bahwa pribahasa-pribahasa banjar tentu mengandung unsur-unsur nasehat dalam etika, maka sangat layak jika pribahasa-pribahasa banjar diajarkan di sekolah-sekolah baik dalam lingkup muatan lokal atau dalam interaksi berupa komonikasi antara guru dan siswa.

Pada dasarnya pribahasa banjar merupakan media komonikasi antara generasi tua kepada generasi muda untuk menyampaikan ajaran, informasi, nasehat dan kearifan lokal. Berikut di bawah ini merupakan beberapa pribahasa / istilah bajar yang dapat terhimpun beserta pemahamannya:
  • Waja sampai kaputing (semangat yang besar, pantang menyerah)
  • Asam janar bila merasa banar (ungkapan untuk menyinggung siapa yang berbuat agar merasa)
  • Bisa-bisa maandak awak (harus pandai-pandai membawa diri)
  • Barakat cangkal (berhasil karena berkat kegigihan)
  • Surung sintak (melayani)
  • Barasih mata (nyaman melihat sesuatu)
  • Halus-halus lumbuk parawit (biarpun kecil tapi besar kekuatan, keahlian, prestasi, keberanian dan lain sebagainya)
  • Wani manimbai wani manajuni (berani berbuat berani bertanggung jawab)
  • Cair (lagi banyak uang)
  • Upung mamadahi mayang (menasehati orang lain padahal dirinya sendiri belum benar)
  • Kada titik banyu diganggam (orang yang terlalu kikir / pelit)
  • Engken barajut (kikir / pelit)
  • Ganggam kikit (kikir / pelit)
  • Talanggar dauh (mengerjakan suatu pekerjaan di waktu senja hingga sampai magrib dauh/bedug maghrib dan sholat bisa terlalaikan)
  • Musang bapdah hayam (orang jahat berpura-pura baik)
  • Basamut kapala (membuat pikiran jadi mumet)
  • Nang manis jangan lakas di taguk (ucapan manis dari seseorang jangan selalu dipercaya)
  • Nang pahit jangan lakas di luak (teguran yang keras jangan diambil hati, tapi bisa bermanfaat)
  • Hanyar tasusur pinggir tapih (hati-hati jangan melupakan hal-hal kecil yang justru bisa membahayakan diri)
  • Kikicak wadai gayam, mata picak dipatuk hayam (orang yang tidak melihat situasi yang sebenarnya)
  • Imbah satabul satabul pulang (selesai pekerjaan yang satu, muncul lagi pekerjaan berikutnya yang menunggu)
  • Kadada buriniknya sama sakali (tidak ada lagi berita tentangnya / diam seribu bahasa)
  • Kapala mayuruk buntut mahambat (kepala menyeruduk ekor memukul, merupakan sindiran bagi orang yang curang, licik atau bermuka dua)
  • Apik-apik kalo tabarusuk (anjuran untuk hati-hati dalam mengambil langkah dan keputusan, jangan sampai salah langkah)
  • Karas-karas karak imbah dibanyui lamah jua (orang yang sifatnya keras, namun bila didekati terus menerus akan lemah juga)
  • Kaya api dikubui banyu (orang yang marah-marah kemudian datang orang yang lebih tua / lebih berpangkat / lebih dihormati, seketika ia diam tanpa bahasa)
  • Akali di akali wan pikir di pikiri (segala persoalan akan terselesaikan bila menggunakan akal pikiran)
  • Asa dikarukut bidawang 40 (rasa sakit, lelah, cemas yang tak terkira) bidawang artinya penyu sedangkan karukut artinya di naiki dicakar-cakar, jadi suatu kiasan tentang kondisi yang tak terbayangkan lelah dan sakitnya bagaikan di serang bidawang 40 ekor.
  • Manahi punai (seseorang yang banyak perkataannya tapi tak berfaedah / membodohi orang namun dapat ditebak maksudnya)
  • Asal mamabawa nang bujur atawa nang banar musti salamat diri (asal membawa / berpegang pada kebenaran / sesuatu yang benar, maka di manapun berada niscaya tetap selamat)
  • Awak randah sangkutan tinggi (ukurlah kemampuan diri jangan mengharap sesatu yang tidak mungkin bisa dilakukan)
  • Mambawa jariji sapuluh (orang yang tidak membawa apa-apa/tidak punya bekal/modal)
  • Babuang liur basi (istilah untuk pekerjaan yang tiada hasil/sia-sia)
  • Hijau mata (tergoda dengan uang dan harta benda)
  • Ingkul inggris / saraba rasuk (orang yang pandai bersosialisasi, serba bisa dan selalu pas dengan siapapun)
  • Badiri tahatuk baduduk tahantak (posisi yang serba salah, maju kena mundur kena, berada di keputusan yang sulit, sama-sama punya resiko)
  • Baguna tahi larut (sindiran bagi sesuatu yang awalnya tidak berguna namun ternyata berguna)
  • Kada jadi baras (sesuatu yang dipermasalahkan atau diperdebatkan namun sebenarnya tiada ada kegunaan yang penting)
  • Umpat di batang timbul (tidak ada pendirian)
  • Kaya dijilat naga (habis tidak besisa sedikitpun)
  • Taranjah garubak bagana (ketidakhati-hatian akhirnya celaka sendiri)
  • Tungau di subarang kalihatan gajah di dahi talindung (hanya melihat keburukan orang, keburukan sendiri tidak disadari)
  • Banyak muntung bagawi kada manuntung (orang yang banyak bicara  namun malas bekerja, maka pekerjaanya tidak akan selesai)
  • Dibari danging handak tulang (diberi sesuatu yang mudah tapi memilih yang sulit)
  • Bagung jadi raja (orang yang mumpung jadi pemimpin maka memerintah berkebijakan sesukanya)
  • Dipandir mati abah kada dipandir mati uma (serba salah, istilah simalakama)
  • Bujur pendiam tapi sakalinya baucap luput ha pulang (orang yang berpura-pura pintar)
  • Bulu batis gin karik (orang yang tak pandai mengelola harta hingga semuanya habis)
  • Cancut naik ka sampiran (orang yang tidak baik tiba-tiba menduduki suatu jabatan)
  • Cubik ramuk bulanai pacah (beruntun mendapat musibah)
  • Dalas jadi harang jadi habu manyarah maka kada (Pantang menyerah walaupun akhirnya kalah)
  • Baju kagubiran (membesarkan dirinya padahal tidak pantas)
  • Ganal gulu baju (merasa hebat karena baru saja telah dipuji)
  • Bakalangan mata (ketidaksenangan melihat sesuatu)
  • Di andak ka bahu handak ka kapala (orang yang tak tahu diri, sudah mendapat kedudukan tinggi tapi mau lebih yang tinggi lagi)
  • Di andak ka bahu handak ka kapala, di andak ka kapala pas majajak (sudah diberi kedudukan tinggi dan orang yang memberi kedudukan tinggi tadi malahan di injak-injaknya)
  • Ditinggal manawak dibawa malinggang (selalu menganggu orang lain)
  • Dimamah dahulu hanyar ditaguk (Teliti dahalu apa yang di dengar, jangan langsung diterima, karena mungkin mengandung sesuatu yang tidak benar)
  • Di mana handak bahira di sisitu mancari luang (sesuatu hal yang ingin dilakukan namun tanpa rencana yang matang terlebih dahulu)
  • Diulah baju kahalusan diulah salawar kagubiran (nanggung, semuanya serba nanggung)
  • Guyang tihang takana dahi (ingin menyalahkan orang lain tapi justru dia sendiri yang kena / jadi bumerang)
  • Hadupan manyalak kada maigut (pintar menggertak / mengancam tapi tidak terbukti / sok berani)
  • Hati-hati tabarusk padir (hati-hati dalam berbicara jangan sampai salah)
  • Hati-hati tarumpak tunggul (hati-hati dalam berjalan dan mengambil langkah, jangan sampai menabrak tiang)
  • Kana gatahnya haja (hanya terkena buruknya saja, atau tidak menerima hasil sedangkan hasil diambil orang)
  • Hundang bapadah ratik (orang yang merendah dan tidak sombong)
  • Iya kandang iya babi (orang yang diberi kepercayan namun berkhiyanat)
  • Imbah gugut tatindih tangga (mendapat musibah beruntun)
  • Jangan mangucik kamaluan orang (jangan mencari kesalahan orang untuk dipermalukan)
  • Jangan mahual muntung kawan (jangan suka berdebat dengan teman)
  • Jangan mahabui mata kawan (jangan suka menipu penglihatan teman)
  • Jangan bacakut papadaan (jangan berselisih antar sesama keluarga, suku, teman atau satu golongan / organisasi)
  • Kada bakukus mun kadada api (tidak akan terjadi jikalau tidak ada penyebabnya)
  • Kada kaya kalung (orang yang angkuh sombong padahal tidak sesuai keadaan)
  • Kada kaya mamamah lumbuk balalau padas (setelah berbuat tidak langsung terjadi akibatnya tetapi akan terjadi kemudian)
  • Kaya daun tarap gugur mamparapas (pembual banyak bicara namun tidak ada kerjanya)
  • Kaya mambuang kalimpanan (cepat, begitu diobati langsung sembuh)
  • kaya cacing panggal (orang yang tak bisa diam selalu bergerak kesana kemari seperti cacing yang dipenggal)
  • Kaya diharu hantu baranak (hasil pekerjaan yang sia-sia / tidak karuan)
  • Kaya manjuhut rambut di galapung (menyelesaikan masalah jangan sampai merugikan satu pihak)
  • Kaya latupan cabi (perempuan yang suara dan bicaranya cepat lagi nyaring)
  • Kaya siput dipais (diam, pendiam, tidak bicara, tidak bergerak entah takut salah)
  • Kaya kalayangan pagat (orang yang tak tentu arah, kesana kemari terombang ambing arus kehidupan, seperti layang-layang yang putus)
  • Kaya manimbai batu ka banyu (orang yang diserahi pekerjaan tetapi tidak bertanggung jawab, dan meninggalkan pergi)
  • Ranai garutuk (tidak berkata-kata)
  • Rundak rakai (sibuk pindah tempat)
  • Kilat dalam banyu gin pinandu (orang yang dapat mengetahui  persoalan / masalah meski sebelum meneliti)
  • Kukulilik di luang satu (kerjaan yang tak maju-maju)
  • Manapas muha saurang (mempermalukan diri sendiri)
  • Mancaluk padaringan orang (mencampuri urusan keluarga orang lain)
  • Kumpai handak mengalahkan banua (orang baru datang ingin mengalahkan penduduk setempat)
  • Ganal gadang (orang yang badannya besar tapi bodoh / bebal)
  • Kura-kura buhaya (bermuka dua, di depan baik di belakang jahat)
  • Lapas di muntung harimau ka muntung buhaya (orang yang selalu bernasib naas selalu mengalami kerugian)
  • Lindung kucing duduk (orang yang banyak makan ketika di hajatan)
  • Mahadang buah gurur (menunggu sesuatu yang tak tentu)
  • Muha kaya panai (jelek buruk rupa)
  • Mahitung kasau bubungan (orang yang telah lama sakit, tiada daya lagi hanya menatap langit-langit rumah)
  • Manangguk di banyu karuh (hanya mencari keuntungan sendiri diwaktu orang lain kesusahan)
  • Manapak banyu di apar (bumerang, terkena diri sendiri)
  • Manangis kada babanyu mata (terlalu sedih, sehingga air matapun kering, menagis tanpa air mata)
  • Mancari handayang tadapat suluh (rejeki yang tak disangka-sangka)
  • Nang sakilan jadi sahasta, nang sahasta jadi sadapa (kabar yang sepele, masalah yang simple jadi panjang urusannya kerena mulut ke mulut membawa berita)
  • Ngalih mambuang batu ka palatar (susah diberi nasehat)
  • Ngalih marasuk pandir (susah untuk berdiskusi, bercengkrama dengan seseorang)
  • Nyamanai bapandir muntung kada bakuring (bicara seenaknya)
  • Sudah banyak makan uyah (orang yang sudah banyak pengalaman hidupnya)
  • Sudah tamulai basah (sudah terlanjur, lebih baik teruskan, terlanjur basah)
  • Tabuati jukung miris (terikuti orang yang salah)
  • Takacak bara api (terpegang sesuatu yang sulit)
  • Paaliran disambar buhaya (istilah untuk harta polisipun di curi maling)
  • Pahabisan burung babunyi (tempat paling jauh)
  • Panas-panas tahi ayam (pekerjaan semua aktif tetapi lama kelamaan jarang atau tidak aktif lagi / semula bersemangat tapi akhirnya menurun)
  • Sakurang-kurang banyu buhaya nang malamasakah (hati-hati pada duah hal yang keduanya bisa memudhoratkan / membahayakan)
  • Rabah waluh (kalah jua, tidak dapat bertahan)
  • Sapuluh kali batindih bilungka jua nang linyak (pejabat berganti-ganti namun rakyat tetap jua sengsara)
  • Satu kerja dua gawi (mengerjakan dua pekerjaan sekaligus dan berhasil keduanya)
  • Tumbang tumbalik (bekerja keras)
  • Siang banapas malam baambun (orang yang rajin bekerja untuk kehidupannya)
  • Siapa nang manabuk luang inya jua nang tabarusuk (orang yang berbuat tidak baik dia sendiri yang akan menanggung akibatnya)
  • Tahadapi  nasi tambah (berhadapan dengan banyak pekerjaan)
  • Talangkahi dangsanak tuha (memutuskan perkara sendiri, padahal masih ada orang yang lebih berkompeten)
  • Tatukar kucing dalam karung (membeli/memilih sesuatu yang teryata barangnya tak sesuai ekspetasi)
  • Ambung bakul (memuji seseorang secara berlebihan, membuat keramaian, mencari perhatian)
  • Ambungan (orang yang suka dipuji)
  • Badadai muha (pamer wajah di tengah keramaian, agar mendapat perhatian)
  • Bajual tungkihan (perilaku seseorang yang jagoan, tukang pukul)
  • Bamuka kalum (orang yang tidak pemalu)
  • Balangsar dada (pekerjaan yang memerlukan usaha keras)
  • Mawarung (suka makan di warung, santai di warung ngobrol atau menggosip)
  • Balilihan liur (timbul selera, tergiur, tapi tidak bisa mendapatkan)
  • Badindang bahindala (pemandangan yang menyolok, glamor)
  • Talalu baharap pas tatiharap (mengharapkan sesuatu yang nihil)
  • Talalu pilih pas tapilih bangkung (terlalu pemilih, akhirya terpilih yang buruk)
  • Tali salawar tajarat mati (kehabisan pikir / ide-ide sebagai solusi untuk permasalahannya)
  • Tamakan pangalih kawan (orang yang ikut bagian atau keuntungan padeahal dia tidak ikut bekerja)
  • Cucuk buku (tukar pikiran)
  • Dindang digun (berdendang ria)
  • Gadibang gadibung (bunyi perut yang kembung)
  • Garipak garipuk (bunyi kayu patah)
  • Garimang garimung / manggarunum (mengomel-ngomel)
  • Muyak (muak, bosan, tidak suka, berisik)
  • Gulang galik (gelisah)
  • Warik tajun ka kacang (orang yang berada di suatu tempat yang kemudian menjadi gaduh oleh ulahnya)
  • Kucang kirap (kesibukan dalam mengupayakan sesuatu)
  • Kecil mulik (kecil mungil tapi elok)
  • Hilir mudik (banyak yang melalui jalan itu, lalu lalang)
  • Ada untingan (ada niat sesuatu dibalik apa yang dia kerjakan)
  • Akal mamilanduk (banyak akalnya, tipu daya)
  • Babaya liput (hampir tidak cukup)
  • Babaya sangkut (hampir tidak dapat)
  • Baganti salumur (berubah penampilan)
  • Baganti sarungan (menyusun siasat baru)
  • Basambur sapah (marah-marah dengan suara tinggi, cacimaki dengan kata-kata pedas)
  • Basuluh bintang (hanya bintang di langit yang jadi penerang / hal pencitraan)
  • Katipak katipuk (istilah bunyi mengusir memukul nyamuk)
  • Kimang kimut (istilah gerak mulut ketika marah)
  • Karijat karijut (bergerak-gerak bagian tubuh / danging kulit)
  • Bulang balik (mondar mandir, habis pergi pergi lagi, terulang kembali)
  • Caramin mata (contoh teladan / panutan)
  • Dalas hangit (pantang menyerah)
  • Adu asah (adu domba)
  • Kindai limpuar (menyatakan kemakmuran hasil panen yang berlimpah)
  • Kujuk-kujuk maukur timbok (ke sana ke mari berjalan di jalanan tanpa tujuan)
  • Kasitu kamari (kesana kemari)
  • Lalu lalang / lalu liwas (berjalan kesana kemari di depan orang)
  • Raun (jalan-jalan)
  • Puntal pantil / mambuntil (selalu ikut kemana pergi)
  • Gawi sabumi (gotong royong kerja sama)
  • Gawi manuntung (kerja samai selesai)
  • Lamah licuk (lemah tidak bertenaga)
  • Batampi ilat (menikmati makanan yang lezat)
  • Buruk muntung (melanggar janji)
  • Buruk sikuan (mengambil kembali sesuatu yang telah diberikan)
  • Cagat mata (orang yang sedang berpikir atau tidak sadar)
  • Calungap sandukan (seseorang yang suka ikut campur pembicaraan orang)
  • Burit kapala (seseorang yang bertidak namun lupa diri)
  • Buta kakap (orang yang tidak tahu sama sekali)
  • Bahujan bapanas (kerja tak kenal lelah)
  • Di ulah tunggul (ucapan orang terhormat tapi diabaikan)
  • Buyang baciri (orang yang telah diketahui rahasianya atau belangnya)
  • Gatal hidung (kesal, tak puas dengan sesuatu)
  • Gatal tangan (tidak sabar ingin memukul / menghantam / berkelahi)
  • Gatal tanduk (tak sabar menahan gairah cinta / ingin segera berhubungan intim)
  • Guring sabantal (akrab)
  • Sarantang saruntung (kawan akrab bersama dalam segala hal)
  • Samuak saliur (kawan akrab, makanpun tak masalah sepiring berdua)
  • Habar burinik (kabar berita yang terdengar)
  • Mailung larut (ikut arus kehidupan saja)
  • Umpat kambing tumbur (ikut-ikutan orang banyak saja, tidak punya prinsip)
  • Jungkang ruat (pekerjaan yang dilakukan dengan kesungguhan)
  • Jukung tahalang (pekerjaan yang selalu mendapat kesulitan)
  • Halus himpadal (pengecut, penakut)
  • Hayam lakinya (tidak ada yang lain, dialah yang paling laki)
  • Hayam saungan (jagoannya / seseorang yang selalu jadi jagoan)
  • Hancur liur (sangat luar biasa terhadap sesuatu)
  • Indah kalah (orang yang selalu mencari kemenangan meski tak mampu)
  • Jadi kuung (hasil kerja yang tidak bermanfaat)
  • Kiamat batabul (terjadi kekacauan disebagian daerah tertentu)
  • Kadap pananjak (buntu, tidak bisa berbuat apa-apa lagi)
  • Kacak pinggang (angkuh, sombong, terlihat pemeberani)
  • Karacak hayam (tulisan yang jelek)
  • Kura-kura tangkup (istilah untuk orang yang lamban)
  • Kurihing simpak (senyum yang terpaksa, tidak natural)
  • Lamah dakar (tidak ada nafsu syahwat pada laki-laki)
  • Lamah limbai (lemah gemelai, dalam arti lain juga bisa berarti tidak bersemangat)
  • Lamah bulu (cepat terpengaruh atau mudah kerasukan / kesurupan makhluk astral)
  • Garatak sambal (hanya mengertak saja)
  • Liur anum (semangat muda)
  • Liur baungan (mata keranjang)
  • Lamak mungkal (perempuan yang berbadan gempal namun seksi)
  • Maambun pupur (rona wajah perempuan)
  • Maingui tangis (tenggelam dalam kesedihan)
  • Mambuang bakas (menghilangkan bekas / jejak)
  • Membuang taruh (selalu optimis dan bersemangat dalam berlaga)
  • Malukah di karing (usaha mencari keuntungan dengan jalan lain tapi tidak berhasil)
  • Mambasuh mata (cuci mata, melihat yang indah-indah)
  • Kantut samut (bualan kosong, hanya tipu daya)
  • Karing rakungan (merasa haus, karena terlalu lama berbicara)
  • Langkar banar (sangat cantik, sangan indah, sangat bagus)
  • Mangguliat si manggulading (menggeliat waktu tidur)
  • Manis dagingan (keadaan seseorang yang apabila ada sesuatu hal negatif selalu menimpa dirinya)
  • Maurak bulu (mencoba belajar sesuatu)
  • Maurak halar (mencoba keluar dari lingkungan biasa / keluar dari zona nyaman)
  • Pacah bisul (perasaan lega karena telah usai situasi yang dikhawatirkan)
  • Papar kuciak (berteriak dengan sekeras-kerasnya)
  • Mancicing bukah (lari dengan sekencang-kencangnya karena takut)
  • Laju pada mutur (bersegera)
  • Pintar pandir (pandai berbicara)
  • Putih mata (tak ada harapan lagi)
  • Rabah rimbangun (jatuh bangun)
  • Rajaki mata (rejeki karena memandang sesuatu)
  • Ratik kalambu (anak-anak)
  • Sahibar batakun (sekedar bertanya)
  • Sahibar maniring (sekedar melihat / melihat sekilas)
  • Takbiar sumangat (terkejut, timbul was-was, semangat)
  • Tarait kula (ada ikatan keluarga)
  • Sandu bakut (sifat pendiam, namun sebenarnya tidak)
  • Tambuk lilin (bodoh)
  • Tambuk sakataraan (semua bodoh)
  • Sapatuk sapangkih (usaha yang pas-pasan dalam kehidupan, habis sehari besok memcari lagi)
  • Tasinggung paranakan (sangat tersinggung karena ucapan seseorang)
  • Tuli birungan (orang yang terkadang tuli, tidak jelas pendengarannya)
  • Tadadar tagulung (keadaan yang memperihatinkan)
  • Tahalang tabujur (keadaan yang selalu mendapat kesulitan)
  • Tahambur utak (sangat sulit dipikrkan, menguras pikiran)
  • Pacah kapala mikirakan (rasa pecah kepala memikirkan)
  • Utak barangkap (cerdas, pintar, panjang pikiran, banyak isi ide-ide yang tak dipunyai orang)
  • Utak incir (lagi masa-masa mudah berpikir)
  • Utak hundang (orang tidak pintar)
  • Parut baloteng (orang yang tahan makan banyak)
  • Tahan bantingan (tahan banting)
  • Tahan pidakan (tahan terhadap semua tekanan)
  • Tajungkang tajunggalik (kedaan yang melelahkan)
  • Talanggar pamantang (melanggar pantangan)
  • Talalu purun (begitu tega)
  • Tapijim tabuncilak (sedang merasakan sesuatu yang sangat sakit atau sedang merasakan sesuatu yang sangat nikmat)
  • Waluh bajarang (orang yang tak mampu diberi pekerjaan, selalu sia-sia / tidak berhasil apa yang dia lakukan)
  • Ragap papan (memegang teguh terhadap pendirian / keyakinan, tak terpengaruh lagi oleh apapun)
  • Kayuh baimbai (pekerjaan yang dikerjakan bersama-sama, penuh kerukunan)
Itulah sebagian pribahasa / istilah-istilah dalam bahasa Banjar yang sering dipakai dalam komonikasi sehari-hari yang dapat penulis himpun. Bagi para pembaca mohon tambahkan di kolom komentar di bawah tentang pribahsa / istilah-istilah lainnya yang belum termuat di sini... 
Terima kasih

Salam

Penulis

1 Response to "Pendidikan Budaya Banjar (Mengenal Pribahasa Banjar)"

  1. Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
    Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
    Yang Ada :
    TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
    Sekedar Nonton Bola ,
    Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
    Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
    Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
    Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
    Website Online 24Jam/Setiap Hariny

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel